Dari Abu Qubail, ia berkata: “Kami pernah berada di sisi Abdullah bin Amr bin al-Ash, ia ditanya: “Yang manakah diantara dua kota yang akan ditaklukan lebih dahulu, Konstantinopel atau Roma?” , kemudian Abdullah meminta peti kitabnya yang masih tertutup. Abu Qubail berkata: “Kemudian ia mengeluarkan sebuah kitab dari padanya. Lalu Abdullah berkata: ‘Ketika kami sedang menulis di sekeliling Rasulullah SAW tiba-tiba beliau ditanya: ‘Yang manakah diantara dua kota yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma?” Kemudian Rasulullah menjawab: “Kota Heraklius akan ditaklukkan terlebih dahulu, yakni Konstantinopel.”
Seorang anak laki-laki yang hendak memenangkan sayembara janji itu. Seorang putera mahkota manja yang selalu terpenuhi semua keinginannya. Semuanya, tanpa kecuali. Hingga sang raja-pun mengirimkan seorang guru. Seorang guru yang nanti akan menjadikannya pemuda bersejarah. Tapi itu nanti. Mari kita lihat apa yang diperintahkan sang raja. Dan apa yang dilakukan sang guru pada anak itu.
Saat pertama berjumpa, Asy-Syeikh Al-Kurani langsung menamparnya. Karna itu kuasa yang diberikan sang ayah. Dan begitu kontan merontokkan keangkuhannya. Ia harus belajar. Dan dimulai dari menghormati setiap orang, tanpa sedikitpun meremehkannya. Itu tarbiyah pertama sekaligus titik balik bagi sang Muhammad II. Sejak saat itu ia belajar menghafalkan Al-Qur’an. Disamping itu belajar pula hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dari Asy-Syeikh Ak Samsettin. Ia menguasai 6 bahasa.
Hingga saatnya, masa penantian selama 8 abad pun terwujud dan selama itu pula setiap orang telah gagal berusaha menjawab tantangan itu,
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
Pagi selepas sholat subuh sebelum penakhlukan, Muhammad berdiri dihadapan pasukannya:
“Siapakah diantara kalian yang belum pernah tertinggal shalat berjamaah?maka maju dan berdirilah.” Tak ada satu pasukkan pun yang berdiri.
“Siapakah diantara kalian yang belum pernah tertinggal takbiratul ula shalat subuh hingga saat ini? maka maju dan berdirilah.” Kembali tak ada seorangpun yang berdiri.
“Siapakah diantara kalian yang belum pernah tertinggal rakaat pertama shalat subuh berjamaah? maka maju dan berdirilah.” Tak ada satu pasukan pun yang berdiri.
“Siapakah diantara kalian yang belum tertinggal shalat subuh berjamaah hingga saat ini? maka maju dan berdirilah.” Tak ada satu pasukan pun yang berdiri.
Sampai akhirnya hanya Muhammad II sendiri yang tetap berdiri dihadapan pasukan tersebut. Maka terjawab sudah janji tersebut, sebaik-baik pemimpin adalah yang menakhlukkan konstantinopel.
“Allahu akbar, walillahilhamd. Hari ini kita akan membebaskannya. Dan menjadikannya kota islam (islam bul)…”
Selalu ada sisi antagonisme disini. Sisi kejahiliyahan dan sisi perubahan. Menjadi kontras. Bertolak belakang. Namun penuh misteri. Tak ada penjelasan yang mampu merincinya, kecuali satu kata, hidayah. Ya benar hidayah. Makna itu yang menjelaskan sebuah batu menjadi emas, bukan karena batu tak bernilai. Tapi emas butuh digosok,ditempa dan dibakar dalam suhu ribuan derajat. Jadilah ia mengkilap. Seperti itu pula proses hidayah & perubahan indah pada akhirnya. Namun berliku dalam prosesnya. Dan tarbiyah menjadi ampelas, palu dan api yang berkobar. Selalu muncul dari sana. Meski tarbiyah bukan segalanya, namun semua selalu berawal dari sana.
Kunci pula yang mampu membuka gembok. Hanya kunci yang tepat. Seorang murid yang hebat membutuhkan guru yang tepat. Meski guru yang hebat belum tentu melahirkan murid hebat. Momentum & takdir yang menemukannya. Kemudian menjadi menyejarah…. seperti sejarah muhammad sang pembebas.
0 komentar:
Posting Komentar