Ketika dalam keheningan sendiri, didalam permasalahan yang dihadapi, muncullah dialog antar hati dan akal, dalam jiwa yang bergejolak.
hati : "tidakkah kau tahu bahwa engaku ini adalah manusia yang Alloh ciptakan lebih baik dibandingkan makhluk yang lain??lalu kenapa kau harus terlarut dalam kesedihanmu??"
akal : "tidakkah kau tahu juga bahwa engkau adalah manusia yang diciptakan dengan segala keterbatasan & kekurangan???wajar jika kau bersedih, bahkan RAsul & para sahabatpun juga bersedih."
hati : "tidaklah mengapa jika engkau bersedih, tetapi kesedihanmu jangan membawamu kepada kehancuranmu sendiri.tidakkah diammu ini tidak akan membuatmu berubah menjadi lebih baik."
akal : "Ya...memang diammu ini tidak akan merubah sesuatupun. tetapi untuk memulai sesuatu kau mesti merenung & mengevaluasi apa yang telah kau lakukan, untuk berhati-hati melakukan sesuatunya kedepan."
hati :"lalu sampai kapan kau akan terus berdiam diri & selalu dihantui oleh kesalahan-kegagalanmu.tidakkah lebih baik jika kau memulai kembali, dengan meninggalkan masa lalu itu...."
akal : "ya...kita akan mulai, tapi bukan sekarang. kita mesti lebih hati-hati.siapa yang akan menjamin hal serupa tidak terulang lagi??tidak setiap kesempatan mesti kita ambil."
hati : "tidakkah engkau percaya dengan janji Alloh.. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap..."
akal : "tentu saja kita meyakininya, tapi tidakkah kau perhatikan...Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."
.......
Begitulah dalam diri manusia, mereka satu tubuh namun didalamnya bersemayam hati, akal dan nafsu.Mereka seringkali berdialog untuk mempengaruhi manusia melakukan/tidak melakukan sesuatu. hati selalu pada petunjuk kebaikan, akal membenarkan realitas dan nafsu mengajak pada keburukan.Itulah dinamika jiwa yang yazid atau yankus...
Kadang yang mesti diwaspadai adalah ajakan akal.karena nafsu sudah tentu menjadi musuh. tapi akal seringkali berperilaku mendua....senantiasa dipenuhi pertimbangan yang kadangkala tidak bermanfaat. Akan tetapi pertimbangan akal selalu dibutuhkan,sehingga yang terpenting adalah menempatkan akal pada posisi yang tepat berperan dalam dialog dalam diri. sehingga peran yang dimiliki akal diantara memberikan penguatan logis atau mencari cara untuk mencapainya. Bukan membuat pesimis.Dengan demikian maka penggunaan hati dan akal merupakan jalan sinergis yang saling menguatkan. Namun itu tidaklah mudah harus dilatih, dengan dialog antara hati dan akal...selamat berlatih
Minggu, 02 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar