Lelaki itu telah berubah 1800, dunia tidak lagi bersemayam dalam hatinya.bahkan tidak lagi menarik dalam pandangannya. Dia berbeda dengan saudara-saudaranya. Karena ucapan janji di depan rakyatnya telah menjadi ikrar perubahan. Perubahan yang sangat drastis dalam hidupnya, hingga ia pun merasa perlu untuk memberikan pilihan bagi orang yang dicintainya, “Fatimah kau boleh memilih antara aku atau harta yang telah diberikan ayahmu.”
Sungguh perubahan itu sebenarnya terasa berat baginya,. Dulu ia adalah orang yang paling kaya, semua keinginan bisa ia dapatkan. Tapi sekarang atas kesadaran jiwa & keterikatannya dengan negeri akhirat, ia berusaha memaksa dirinya untuk dapat menahan kenikmatan yang dulu menjadi santapan kesehariannya. Putranya pun telah menjadi pendukung utamanya, “wahai khalifah, masih sempatkah engkau istirahat sedang urusan rakyatmu telah menunggu”.
Sang khalifah terpana sejenak, lalu dengan tidak mengerti ia bertanya, “apa-apaan ini?”. “Ini kuda yang belum pernah dinaiki oleh siapapun. Dan hal serupa ini selalu disiapkan untuk khalifah baru”, jawab pengiringnya. ”Hai muzahin! Sita dan masukkan ke dalam baitul mal!” perintahnya dengan tegas.
Sepertinya ia telah lupa seperti apa dulu ia menikmati dunia. Dan kini ia telah menikmati beban memikul setiap urusan orang-orang dinegerinya. Kesabaran telah mencapai puncaknya hingga ia, kini menjadi lebih sabar dari kesabaran itu. Dan itu menjadi suatu kenikmatan dalam relung jiwanya yang merindukan surga. "Sungguh saya memiliki jiwa perindu. Jiwa merindukan kepemimpinan maka saya mendapatkannya, merindukan khilafah maka saya meraihnya dan sekarang jiwa itu merindukan surga".(Umar bin Abdul Aziz)
Seni menikmati, itu adalah ungkapan kesiapan jiwa dalam setiap kondisi baik senang maupun susah. Bukan pada kondisi yang dihadapi, tapi seni adalah suatu keahlian dalam mensiasati kondisi. Ada kesadaran, ada tanggung jawab dan ada ketawakalan. Maka makna menikmati menjadi pilihan dari semua hal yan bisa dilakukan. Dan pilihannya adalah menikmati. Dan itu menjadi seni tersendiri…
“Sungguh ajaib urusan seorang mukmin semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apabila ia mendapat kesenangan ia bersyukurdan itulah yang terbaik untuknya.Dan apabila mendapat musibah ia bersabardan itulah yang terbaik untuknya.”(Shahih Muslim no. 7500 hal. 1295)
0 komentar:
Posting Komentar