Ketika kita mengalami rentetan peristiwa sama yang tidak kita inginkan, maka bagian demi bagian dari peristiwa ini akan membangun & membentuk persepsi dalam diri kita. Otak kita sebagai pengendali utama dalam membuat olah peristiwa, merupakan sebuah pita film yang merekam jejak-jejak peristiwa dan mengolahnya menjadi suatu fakta objektif. Proses ini yang membentuk pemahaman bawah sadar manusia, sehingga memiliki kesimpulan-kesimpulan yang terstruktur jika menghadapi peristiwa yang serupa. Inilah kekuatan persepi yang menjadi fakta bawah sadar.
Ada sebuah analisis menarik ketika mengamati pertandingan real madrid vs barcelona yang beberapa waktu lalu berlangsung. Jika dikalkulasi secara statistik, kedua tim ini berimbang. Baik dalam hal non-teknis seperti suport menejemen & finansial tim, maupun hal teknis terkait kemampuan tim maupun individu perlini. Bahkan sampai pada cadangan pemain pun masih memiliki kualitas diatas rata-rata yang sama. Lalu apa yang bisa menjelaskan kekalahan 3-1 madrid atas barcelona, yang bahkan jika diperhatikan dalam hal penguasaan permainanpun mereka seperti kehilangan akal untuk menghadapi permainan barcelona. Padahal jika melihat beberapa pertandingan terakhir mereka, tim ini sungguh sangat digdaya menghadapi tim-tim yang ada. Kemenangan mereka fantastis. Lalu kembali pertanyaannya, apa yang menjadi problem mereka? Apakah pelatih? The special one bukan orang yang baru pertamakali menghadapi barcelona, mou juga pernah dua kali menang saat melatih inter dan saat final coppa del ray musim lalu. Lalu apa?
Penjelasan sederhana saya, ini masalah persepsi yang dimiliki oleh pemain-pemain madrid ketika menghadapi barcelona. Mereka terlanjur sering kalah dalam beberapa pertandingan terakhir. Ini yang menjadi problem utama mereka, merasa kalah dulu sebelum mereka bertanding. Meskipun secara harfiah itu tidak nampak dalam tim mereka. Namun aroma & nuansa yang muncul dalam tim ini dapat dengan mudah dirasakan. Ditambah lagi media membentuk persepsi serupa, yang mengarahkan mereka menjadi underdog dan dibawah tekanan. Ini bukan persolaan yang mudah. Namun harus segera diselesaikan dengan cara yang tepat.
Mengambil pembahasan dalam buku “menghilangkan trauma persepsi” dari KH. Hilmi Aminudin, terdapat 7 trauma persepsi(Al-'Uqdah Adzdzaniyyah) yang akan mendorong kepada trauma jiwa dan pemikiran. Yaitu :
1. Al’-uqdah al-inhizamiyah, yaitu trauma persepsi selalu kalah kalau bertarung.
2. Al’-uqdah al-istihdafiyah, yaitu trauma persepsi yang merasa kalau kita ini jadi objek terus.
3. Al’-uqdah almuamaratiyah, yaitu mentalitas merasa orang-orang lain sedang bersekongkol melawan kita.
4. Al’-uqdah arraj’iyyah, yaitu trauma kalau kita ini terbelakang.
5. Al’-uqdah salbiyah, yaitu trauma persepsi yang berpikiran selalu negatif.
6. Al’-uqdah alkamaliyah, yaitu trauma persepsi yang cenderung perfectionist.
7. Al’-uqdah attaba’iyyah, yaitu trauma persepsi dari orang-orang yag tidak mau kreatif, maunya mengikuti.
Nah, salah satu trauma yang dialami oleh real Madrid adalah Al’-uqdah al-inhizamiyah, yaitu trauma persepsi selalu kalah kalau bertarung. Yang biasanya juga melanda pada orang-orang yang memiliki mental yang lemah & minder sebagai akibat persepsi yang salah. Semestinya sebagai manusia dan orang beriman pada khususnya, memiliki pemahaman bahwa Orang beriman sewajarnya memahami potensi dirinya yang tinggi. Juga memahami matlamat dan tanggungjawabnya yang besar. Kemenangan adalah milik Allah SWT dan dijanjikan untuk para mukminin. Orang Islam perlu dikuatkan semangat tahqiqul intisyaraat (kemenangan dijanjikan Allah SWT). Jika ia gagal, maka kegagalannya adalah kemenangan ditangguhkan oleh Allah SWT.
Itu juga yang sepertinya disadari oleh mou, bahwa jawaban atas permasalahannya bukan pada mengganti pemain yang ada. Tetapi lebih pada mengubah persepsi yang ada. Maka ia tak akan membeli atau menjual para pemain pada transfer window saat ini. Kita lihat hasilnya, pada laga-laga Madrid selanjutnya. Terlebih pada jilid el clasico selanjutnya….
0 komentar:
Posting Komentar