”Lebih baik tidak berjilbab tapi baik, daripada berjilbab tapi hatinya busuk.”
Adakah kita pernah mendengar ungkapan demikian. Kalo pernah, apakah kita sepakat dengan ungkapan itu?
Jika menjawab ya... berarti kita adalah orang yang memiliki kesalahan logika berfikir. Atau kalo boleh saya katakan anda sedang “keblinger”. Kenapa demikian...???
Baik mari coba kita kupas ungkapan tidak bertanggungjawab itu. Mari kita awali juga dengan ungkapan serupa “lebih baik menjadi pelacur, dari pada menjadi koruptor”. Pertanyaannya anda mau jadi pelacur?atau koruptor? Padahal masih banyak pilihan yang semestinya bisa anda ambil, menjadi pengusaha misalnya atau ilmuan atau mungkin pengamen atau pengemis. Lalu kenapa harus menjadi pelacur atau koruptor yang jelas-jelas kita tahu tidak ada kebaikan di dalamnya. Ok, tidak perlu membahas lebih lanjut tentang pelacur atau koruptor, saya hanya ingin menunjukkan bagaimana ungkapan itu menyesatkan, membodohi atau menjebak. Serupa dengan ungkapan ”Lebih baik tidak berjilbab tapi baik daripada berjilbab tapi hatinya busuk.” Kenapa demikian :
1. Semestinya ada pilihan ungkapan yang lebih benar, mendidik dan bertanggung jawab “”Lebih baik berjilbab dan berhati baik daripada tidak berjilbab tapi hatinya busuk.” Sehingga dapat kita katakan bahwa ungkapan itu sesungguhnya adalah sebentuk pembenaran dari hal yang jelas-jelas keliru, dengan membuat pilihan yang sempit dan menjerumuskan. Berusaha mencampurkan antara baik dan tidak baik menjadi pilihan yang dipaksakan.
2. Jikalau ada yang berjilbab tapi hatinya busuk, jangan salahkan jilbabnya tapi koreksi tentang hatinya. Karena cara berpikir yang semestinya adalah seorang muslim yang hatinya(imannya) benar, semestinya zahirnya juga benar(baca pakai jilbab dengan benar). Jadi sesungguhnya orang yang mengatakan ”Lebih baik tidak berjilbab tapi baik, daripada berjilbab tapi hatinya busuk” sebenarnya satu hal yang salah. Sedang yang benar adalah “mestinya orang yang baik, dia akan berjilbab” jikalau “dia baik tapi tidak berjilbab, ada yang tidak sempurna dari baik-nya. ”
3. Adanya relativisme ukuran yang salah. Yang semestinya berjilbab adalah bagian dari ukuran kebaikan. Baik secara zahir maupun baik secara batin adalah ukuran kebaikan yang sempurna, sehingga baik tapi belum berjilbab ketika ia paham bahwa berjilbab wajib bagi seorang muslimah, menjadikan kebaikannya sebagai satu hal yang relatif.
4. Tidak maunya untuk berusaha berubah menjadi lebih baik dan merasa sudah cukup dengan kondisinya yang belum baik. Ini hal yang tampak ketika membenarkan ungkapan itu, karena bagaimanapun juga ungkapan itu tidak dapat jadi alasan atas penerimaan terhadap kondisinya yang memang belum baik dan tidak mau untuk mengakuinya sehingga mengalihkan kepada perbandingan orang yang berjilbab namun akhlaknya kurang baik.
5. Munculnya sinisme atas ajakan kebaikan. Semoga ini bukan satu hal yang terjadi. Karena jika demikian sesungguhnya ada sebentuk kesombongan dengan menolak kebenaran, seperti hal-nya iblis, fir’aun atau namrud.
6. Dan lain sebagainya...
Padahal dengan jelas sebagai seorang muslimah diperintahkan,
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“
(QS: Al-Ahzab: 59)
(QS: Al-Ahzab: 59)
Dan sebentuk peringatan bagi muslimah yang tidak mengindahkannya,
“Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian, namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
So, kita pahami, sadari dan merubah diri menjadi lebih baik.semoga Allah memudahkan....
***Mohon maaf jika ada kata atau kalimat yang tidak pas, kasar & menyinggung, karena bukan maksud untuk demikian..
0 komentar:
Posting Komentar