Sore itu selepas sholat ashar di masjid syuhada,saya putuskan relat sebentar disisi pinggir serambi masjid sebelum pergi lagi. Terlihat dari pintu masjid, keluar seorang sahabat. Saya panggil beliau, “ssttt...sini sebentar.” Berjalanlah menuju ke pinggir serambi..
“Gimana acara kemaren?”tanyaku.
”Lancarkan?...”
Kemudian dijelaskannya panjang-lebar dengan wajah bersungut-sungut dengan menyampaikan banyak evaluasi tentang komunikasi, pengambilan keputusan dari koordinatornya, dan pernik-pernik lainnya. Sambil sesekali mengeluhkan dengan kondisi kinerja partner lain. Meskipun demikian saya cukup tahu dengan karakternya, bahwa itu bukan sebentuk kekecewaan. Hanya pembawaan yang khas dari dirinya.
Ya, ini hanya sebentuk kecil dari pengalaman yang seringkali kita dapatkan dalam sebuah kepanitian agenda atau aktivitas berjamaah. Ada banyak value yang menjadi pembelajaran yang luar biasa. Baik agenda atau aktvitas itu berhasil ataupun gagal dalam konteks parameter visibel yang telah ditetapkan. Namun yang perlu menjadi catatan disini, bahwa seringkali alat ukur yang kita perhatikan adalah berupa parameter materiil visibel yang kita buat dalam point capaian. sehingga melupakan ukuran-ukuran lain yang semestinya juga bisa digunakan sebagai penanda berhasil tidaknya aktivitas. Mungkin dalam konteks event yang berlangsung tidak sesuai dengan harapan dan rencana, tapi disitu pasti ada juga ukuran keberjamaahan sebagai suatu kesatuan, ada juga ukuran personal sebagai unit dari jamaah itu sendiri. Nah itulah sesungguhnya bagian penting dari capaian yang sering kali tidak kita sadari. Yakinlah jikalau niat aktivitas kita adalah dakwah lillah sudah pasti kemenangan yang pada akhirnya kita dapatkan. Meski keberhasilan itu tidak kita dapatkan sekarang, tidak kita rasakan saat ini. Bisa jadi sebentuk aktivitas yang kita lakukan sekarang adalah skenario yang penting bagi capian keberhasilan yang sebenarnya. Coba kita ingat kembali kisah hijrah ke habasyah & thaif atau kisah perang uhud. Apakah itu kegagalan? Mungkin secara kasat mata dan dari parameter ukur visibel, kita akan menjawab iya. Tapi jika kita lihat bersama rangkaian-rangkaian setelahnya tentu lain ceritanya...
--> “Gimana acara kemaren?”tanyaku.
”Lancarkan?...”
Kemudian dijelaskannya panjang-lebar dengan wajah bersungut-sungut dengan menyampaikan banyak evaluasi tentang komunikasi, pengambilan keputusan dari koordinatornya, dan pernik-pernik lainnya. Sambil sesekali mengeluhkan dengan kondisi kinerja partner lain. Meskipun demikian saya cukup tahu dengan karakternya, bahwa itu bukan sebentuk kekecewaan. Hanya pembawaan yang khas dari dirinya.
Ya, ini hanya sebentuk kecil dari pengalaman yang seringkali kita dapatkan dalam sebuah kepanitian agenda atau aktivitas berjamaah. Ada banyak value yang menjadi pembelajaran yang luar biasa. Baik agenda atau aktvitas itu berhasil ataupun gagal dalam konteks parameter visibel yang telah ditetapkan. Namun yang perlu menjadi catatan disini, bahwa seringkali alat ukur yang kita perhatikan adalah berupa parameter materiil visibel yang kita buat dalam point capaian. sehingga melupakan ukuran-ukuran lain yang semestinya juga bisa digunakan sebagai penanda berhasil tidaknya aktivitas. Mungkin dalam konteks event yang berlangsung tidak sesuai dengan harapan dan rencana, tapi disitu pasti ada juga ukuran keberjamaahan sebagai suatu kesatuan, ada juga ukuran personal sebagai unit dari jamaah itu sendiri. Nah itulah sesungguhnya bagian penting dari capaian yang sering kali tidak kita sadari. Yakinlah jikalau niat aktivitas kita adalah dakwah lillah sudah pasti kemenangan yang pada akhirnya kita dapatkan. Meski keberhasilan itu tidak kita dapatkan sekarang, tidak kita rasakan saat ini. Bisa jadi sebentuk aktivitas yang kita lakukan sekarang adalah skenario yang penting bagi capian keberhasilan yang sebenarnya. Coba kita ingat kembali kisah hijrah ke habasyah & thaif atau kisah perang uhud. Apakah itu kegagalan? Mungkin secara kasat mata dan dari parameter ukur visibel, kita akan menjawab iya. Tapi jika kita lihat bersama rangkaian-rangkaian setelahnya tentu lain ceritanya...
Itulah pembelajaran yang kadang hasilnya tidak tampak jelas bagi kita, butuh kejernihan & kebijaksanaan dalam melihatnya. Butuh kesabaran & sikap postif untuk melaluinya. Dan perlu orang-orang yang mampu menikmati & menghargai bagian-demi bagiannya sebagai proses yang bermakna. Baik bagi dirinya ataupun kebersamaan dalam jamaah itu sendiri.
.
.
Keyakinan kita adalah bahwa Allahlah yang memenangkan dakwah ini, sedang kita adalah orang yang sedang diuji & dibelajarkan untuk menjadi lebih baik bersama kafilah dakwah. Serta menjadi bagian dari sejarah dakwah yang menjadi satu tahapan jalan kemenangan dakwah itu sendiri. Maka nikmatilah & maknailah....tidak perlu mengeluh sahabatku....itulah keberhasilan. Berhasil secara personal dan berhasil dalam keberjamaah-an
0 komentar:
Posting Komentar