(At- Taubah : 111)
Dalam perspektif kebanyakan manusia, pola hubungan yang mengkaitkan kerjasama antara dua belah pihak senantiasa diukur dalam kerangka untung & rugi. Atau contoh paling sederhana yang digunakan dalam logika pedagang ketika melakukan transaksi jual beli. Wajar saja dalam setiap aktivitas selalu muncul nilai yang diukur dari keuntungan, meskipun keuntungan itu tidak selalunya dalam wujud materi. Tapi pasti ada nilai kemanfaatannya yang bisa kita sebut juga sebagai keuntungan.
Nah ada sebuah kondisi yang sangat unik dalam perpektif ayat diatas surat At-Taubah: 111, dimana Allah melakukan proses transaksi jual beli dengan orang-orang mukmin. Dalam pemahaman kita, Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa pemilik atas alam semesta, yang dengan sifat itu maka boleh dan dapat melakukan apa saja atas seorang mukmin. Lalu kenapa harus membuat ikrar jual-beli? Kemudian dengan ikrar jual beli itu ada hal-hal yang ditransaksikan yaitu antara harta & jiwa dengan surga. Kalo dinilai dengan cara berpikir pedagang maka ini sungguh dua nilai yang tidak sepadan. Lalu apa hikmah dari itu semuanya?
Ini penjelasan yang sangat kentara yang dapat kita lihat betapa Maha Pemurah, Maha Kasih & Maha Sayang-Nya Allah pada seorang mukmin. Dia mengiginkan yang terbaik bagi seorang mukmin dan tidak menginginkan sedikitpun keburukan yang terjadi. Hanya saja kadang sebagai manusia kita tidak merasakan hal tersebut sehingga berbagai keburukan yang terjadi pada manusia sesunggahnya merupakan akibat dari perbuatannya sendiri. Bukan atas kehendak Allah semata, tapi ada prinsip keadilan yang terjadi disana. Bahwa setiap orang mendapatkan balasan atas apa yang dilakukannya. Kemudian penjelasan lain yang bisa kita pahami adalah bahwa ada proses uji yang Allah lakukan dalam menentukan manusia yang layak dimasukkan ke surga. Sehingga perlu dibahasakan dengan transaksi jual-beli meski nilainya tidak sepadan. Oleh karenanya hanya mukmin yang bodoh yang tidak mengambil transaksi yang sangat menguntungkan tersebut. sayang kebanyakan manusia tidak mau bersabar & berpikir untuk masa akhirnya.
Sebenarnya yang lebih menarik dari teks ayat tersebut adalah penggalan kalimat “Allah telah membeli dari orang-orang mukmin...”, artinya ini adalah satu peristiwa yang sesungguhnya telah dilakukan pada masa yang lalu dengan kata “telah”. Sehingga ini bukan lagi sebuah pilihan tapi akad yang telah dilakukan. Ikrar akad tersebut
“ Alastu birrabikum, qaalu bala syaahiddna...”
Maka yang semestinya dilakukan sekarang adalah pembuktian atas akad tersebut. Dan sungguh Allah adalah Dzat yang pasti menepati janji-Nya. Jadi sesungguhnya kita sebagai seorang muslim telah terjual dengan akad keuntungan jual beli yang sangat besar, sekarang tinggal kita penuhi prasyarat untuk mendapatkan keuntungan itu dengan harta dan jiwa....
0 komentar:
Posting Komentar