Sabtu, 07 April 2012

0 serial bukit sejarah: 6

 
Kisah antara Shafa Dan Marwa



"Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul,"  
(QS. Al-Qashash [28]: 7).

 Mungkin memang hanya seorang ibu yang benar-benar paham tentang makna kasih sayang. Atau memang Allah hanya menumpahkan wujud kasih sayang paling besar seorang insan pada seorang makhluk bernama ibu. Sepertinya memang wajar, seandainya kita telisik satu per satu. Tak akan ada lembar kertas yang mampu menampung kisah kasih sayang seorang ibu. Terlebih pada anaknya yang telah ia lahirkan ke dunia dengan pertaruhan nyawa. Ada begitu banyak ungkapan lewat puisi, lagu, film atau prasasti-prasasti monumen untuk menuliskan kisah itu.

Satu kisah kasih putih itu juga diabadikan Al-Qur’an pada kisah umi musa dalam surat Al- Qashash. Betapa teriris-iris hati umi musa ketika harus menghanyutkan musa yang telah ia kandung selama berbulan-bulan agar terhindar dari pengetahuan Fir’aun. Pilihan yang tidak akan diinginkan oleh seorang ibu manapun, antara berpisah dengan puteranya dan percaya pada perintah Allah atau melihat puteranya yang masih bayi itu dibunuh oleh para prajurit Fir’aun. Tapi janji Allah pastilah benar dan umi musa meski bersabar dengan perintah tersebut.


Kisah-kasih lain, kita dapati dari umi ismail, Siti Hajar. Kisah ini bahkan menjadi teladan dalam bentuk ritual ibadah yang senantiasa kita lakukan hingga saat ini. Bermula akan perintah Allah kepada Ibrahim AS untuk meninggalkan hajar dan ismail yang masih merah di bumi tandus Bakkah yang tak berpenghuni. Di padang yang tak bertuan itu hajar begitu kebingungan mendapati ismail yang menangis tiada henti. Ia mesti berbuat apa melihat putera kesayangannya ini yang tak henti-hentinya menangis. Dalam kebingungan dan hati yang begitu tersayat atas perlakuan ibrahim ini. Allah ilhamkan kepadanya untuk berlari-lari kesana-kemari antara shafa & marwa untuk mencari air bagi ismail. Logika apa yang akan mampu menjelaskannya? dibumi yang tandus itu mana mungkin ada sumber mata air. Itupun hajar mencari ditempat yang sama berkali-kali tanpa hasil. Tapi Allah tak akan berbuat dzalim & menyalahi janji-Nya, sumber mata air itu muncul atas izin-Nya. Bukan dari pencarian Hajar, tapi dari sepakan kali kecil iIsmail. 


Atas pengorbanan ibu yang luar biasa inilah Allah menjadikan wujud pengorbanan Hajar sebagai bagian dari ritual ibadah haji. Berlari dari bukit shafa hingga marwa sebanyak 7 kali.

 “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah[102]. Maka Barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, Maka tidak ada dosa baginya[103] mengerjakan sa'i antara keduanya... “
(QS. Al-Baqarah : 158)
Dan dua bukit ini sesungguhnya menjadi pembelajaran bagi kita tentang makna kasih sayang, pengorbanan, ketaatan dan kemuliaan seorang ibu. Dimanapun, kapanpun, dalam kondisi separti apapun. Sehingga tidak semestinya predikat ibu yang mulia ini diremehkan atas perilaku-perilaku tak bertanggungjawab segelintir orang atas nama ekomoni, feminisne, kesetaraan gender atau apapun itu. Ibu adalah seorang ibu, seperti apapun engkau....
kasih sayangnya tak akan terhingga sepanjang masa,
hanya memberi tak harap kembali,
bagai sang surya menyinari dunia....

0 komentar:

Posting Komentar

 

"serunai hijau," Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates