“Power tend to corrupt…”
Begitu ungkapan yang sering kita dapati. Bahwa karena kekuasaan maka menjadi lahan subur bagi tumbuhnya berbagai praktek korupsi. Atau juga tidak hanya korupsi tapi juga bentuk-bentuk kejahatan dan berbagai kezaliman yang dapat ditegakkan. Logikanya, dengan kekuasan maka menjadi pelindung atau jalan mudah bagi terciptanya berbagai bentuk kejahatan itu. Benarkah demikian?
Jika kita perhatikan pada kisah umat-umat terdahulu pada Al-Qur’an dan banyak referensi yang lain, maka korelasi antara keduanya akan banyak kita dapatkan. Yaitu sebuah kekuasaan akan manjadi sebab munculnya tindakan kejahatan dan kedzliman. Kisah fir’aun misalnya memberikan pemahaman bagaimana kekuasaan yang besar dan hampir tak terbatas memberikan legalitas bagi dirinya untuk diposisikan sebagai Tuhan dan menindas bangsa Israel. Atau kisah namrud yang melakukan hal serupa pada Daud. Juga kita menadapati hal serupa pada kisah ashabul kahfi dan ashabul ukhdud. Semua ini seolah menjadi pembenaran dan kesahihan atas anggapan bahwa kekuasaan selalu bernilai demikian. Dan kita hukumi sebagai sebuah gerbang bagi munculnya berbagai penyimpangan tirani. Dan dengan sendirinya kita pun, menghukumi orang-orang yang menempuh jalan menuju kekuasaan dengan prasangka bahwa mereka adalah calon-calon tiran yang perlu dilawan atau setidaknya perlu dicurigai dengan berbagai argument sinis dan cukup pedas.
Padahal jika mau kita cermati kembali sesungguhnya dalam berbagai sumber referensi sejarah dan bahkan pengalaman kita ada juga kekuasaan ditangan orang-orang tertentu memberikan kemanfaatan dan kesejahteraan bagi orang banyak. Inilah kisah lain dari antitesa kuasa dan kelaliman, sebagai kuasa dan kesalihan. Kita bisa melihatnya pada sosok Sulaiman as, Yusuf as, Muhammad saw atau kisah Kulafaur Rasyidin dan banyak lainnya. Jadi dari sana semestinya mungkin kita mengoreksi korelasi searah dan tertutup dari kuasa dan kelaliman tersebut. Apakah kuasa yang menyebabkan kelaliman? Ataukah sebaliknya? Atau adakah faktor yang lain yang sesungguhnya menjadi sebab lebih dominan? Sepertihalnya yang kita dapati pada kuasa dan kesalihan. Mari berpikir dengan lebih bijak, jangan sampai ada pihak lain yang menjadi korban atas kesalahan persepsi kita dalam memberikan makna…
0 komentar:
Posting Komentar