Hasil pemilu 2009 telah berlalu, pemenang pun sudah dapat diprediksi partai mana. Suasana politik kembali memanas menyambut pilpres, dimana setiap partai berlomba-lomba untuk mencari sekutu demi memenuhi kriteria pencalonan capres dengan syarat 20% suara nasional. bagi parpol yang masuk dalam 3besar memiliki nilai tawar yang cukup besar bagi partai-partai lain. Nah satu hal yang perlu dicermati adalah motif yang menjadi alasan utama dari setiap parpol dalam menjalin koalisi satu dengan yang lainnya. Karena jika kita lihat alasan-alasan pokok seperti ideologi atau platform sudah bukan menjadi nilai jual utama lagi. dengan kecenderungan partai yang beraliran nasionalis menjalin kedekatan dengan yang membawa asas agama. Dari komentar beberapa tokoh parpol menyebutkan bahwa "alasan ideologis bukan menjadi sesuatu yang relevan lagi, karena sebuah koalisi dengan agenda kerja yang jelas melalui kontrak politik jauh lebih penting. Dan masyarakat saat ini lebih cerdas dalam memilih &tidak terpancing dengan isu-isu ideologis antara nasionalis & agamis,karena saat ini perbedaan keduanya relatif kecil. bahkan sulit untuk dibedakan. Mungkin hanya tampilannya saja yang membedakannya." Hal menarik lain yang terjadi pada pekan terakhir ini adalah pemberitaan dua kubu kuat pengusung pemerintahan 2004-2009 yang memutuskan untuk mengambil jalan masing-masing dengan mencalonkan tokoh masing-masing partai sebagai capres. sehingga pertarungan menuju RI-1 agaknya menjadi lebih menarik dengan adanya minimal 3capres yang akan bertarung dari kubu biru,kuning & merah. Oleh karenanya sekali lagi melihat & memprediksi koalisi yang akan terjadi di 2009 ini & motivasi yang melatarbelakanginya menjadi sesuatu yang menarik. Setidaknya yang berkembang saat ini ada beberapa alasan terjadinya sebuah koalisi pada akhirnya nanti :
1. Alasan pragmatis dengan sistem bagi-bagi kursi kekuasaan. tentu ini menjadi alasan utama. Seperti halnya pemerintahan sebelumnya yang membagi-bagi kursi eksekutif kepada banyak parpol dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan parleman guna membangun kekuasaan yangkokoh dengan dukungan penuh parlemen. Tapi agaknya hal itu dalam pemerintahan sebelumnya tidak efektif terbukti. Karena untuk isu-isu kebijakan krusial yang tidak populer dimasyarakat, partai-partai tentu tidak mau imagenya terlihat buruk didepan publik. Oleh karenanya dalam pilpres saat ini tampaknya akan digagas koalisi yang tidak pasang surut seperti itu. Terutama oleh partai demokrat yang telah mengalami pengalaman demikian tahun sebelumnya dipemerintahan. Dan dengan modal sebagai pemenang pemilu 2009 ini, tentu akan memiliki nilai bargaining yang besar terhadap partai-partai lain.
2. Alasan untuk menjadi oposisi dari pemerintahan incumbent yang ada saat ini. Ini akan menjadi pesaing utama dari koalisi yang tengah digagas oleh demokrat. Dan sepertinya koalisi oposisi ini juga tidak kalah panasnya dengan koalisi yang lain. Terbukti beberapa pekan ini pemberitaan pertemuan PDI-P dengan tokoh-tokoh partai kecil & menengah menjadi ulasan-ulasan tersendiri diberbagai media. Tentu selain ketidak puasan dengan pelaksanaan pemilu, dapat pula dilihat ini sebagai sebuah potensi menuju koalisi pilpres. Namun tentu saja alasan pragmatis tidak mungkin dikesampingkan oleh setiap parpol dalam pilpres mendatang, dengan mengkalkulasikan kemungkinan menang. Meski alasan "aroma permusuhan memang sudah terlihat sejak awal."
3. Alasan sakit hati. Inilah yang terjadi akhir-akhir ini, dimana golkar ditinggalkan oleh demokrat yang memaksa mereka untuk mungusung capres sendiri. Tentu rasa sakit hati itu menjadi motivasi tersendiri untuk membentuk koalisi dengan berbagai parpol yang ada. Terakhir tengah tersiar berlangsung pendekatan antaratokoh golkar dengan PDI-P, golkar dengan PPP & golkar dengan Gerindra.
Dari alasan-alasan yang berkembang saat ini, sekali lagi sepertinya untuk alasan pragmatisme jauh lebih menjadi alasan utam parpol ketimbang alasan ideologis yang memang mereka usung. Namun demikian agaknya hubungan-hubungan kedekatan pun dapat diprediksikan sejak awal dari perilaku & kecenderungan masing-masing konstituen atau elitnya. Misalkan saja PKS kemungkinan kecil untuk menjalin koalisi dengan PDI-P. atau demokrat dengan PDI-P. Hal lainya tentu keinginan dari maisng-masing parpol untuk mengusung masing-masing tokohnya menjadi capres. seperti PDI-P,Golkar & Demokrat tampaknya cukup sulit untuk menciptakan koalisi satu dengan yang lain. Satu hal terakhir yang juga menarik adalah penentuan dari masing-masing capres dalam memilih cawapres pendamping mereka. Kita tunggu saja pemberitaan media yang akan perkembang tentang hal tersebut.
Selasa, 28 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar