Bukit Tsur
Pelarian itu memang tampak dramatis. Betapa tidak, dibuka dengan kisah “ show a force” umar dan juga dibumbui dengan konspirasi dimajelis iblis. Dan kisah ini sendiri diawali dari sebuah teks narasi yang kuat dan sempurna. Oleh karenanya kisahnya sendiri memang syarat dengan klimaks dan ketegangan. Akhirnya penuh dengan makna dan pembelajaran tentang keimanan pada perintah teks wahyu, keberanian yang meninggikan izah, dan perencanaan langit yang tak akan dapat ditandingi tipu daya makhluk. Mari kita perhatikan bagian demi bagian.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Al Baqarah : 218)
Ini yang menjadi alas an kuat bahwa perintah untuk hijrah adalah keharusan. Meski bukan perkara mudah, karena dari pengalaman hijrah thaif yang menyesakkan dan hijrah habasyah yang tak luput dari tipu daya pengejaran. Maka hijrah ke yasrib adalah jawaban atas kesabaran dan ketawakalan. Maka semua terencana dan terlaksana dalam 2 tahap. Umar dan sebagian umat islam yang berhijrah terlebih dahulu dengan penuh keyakinan dan keberanian. “Jika ada diantara kalian yang istrinya ingin menjadi janda dan anaknya menjadi yatim, temui aku dibalik bukit ini”, begitu tantangan umar pada semua orang-orang kafir itu.
Pada bagian kedua Rasulullah dan Abu bakar berangkat, pada malam hari. Dalam kamar tidurnya diperintahkan Ali untuk menggantikan Rasulullah. Pada malam itu juga dari hasil permusyawaratan pemuka Quraisy dan iblis, para pemuda dari perwakilan setiap bani di mekah sudah siap dengan pedangnya untuk menusuk tubuh Muhammad bersama-sama. Tapi berita itu tak luput dari pengetahuan langit, dan tidu daya iblis itu tidak menemui maksudnya.
Perjalanan dimulai juga. Dalam pengejaran orang-orang Quraisy itu, tinggallah dua sahabat itu di dalam gua yang sempit. Dengan penuh ketakutan, antara mereka dan orang-orang Quraisy yang berada diatasnya didepan mulut gua, hanya sarang laba-laba, pohon yang hendak tumbuh dan burung yang mengerami telur yang menghalangi mereka. Dalam kegalauan sang sahabat, berkatalah Rasulullah, “Jangan takut, Allah bersama kita.” (QS Al-Anfal [9]: 40).
Dan gua itu telah menunjukkan keajaiban dan membuktikan kemukjizatan dari Yang Maha Melindungi. Hingga Emile Dermenghem dalam karyanya yang bertajuk La Vie de Mahomet mengatakan, “Tiga peristiwa itu sajalah mukjizat yang diceritakan oleh sejarah Islam yang benar-benar: sarang laba-laba, hinggapnya burung dara, dan tumbuhnya pohon-pohonan. Ketiga keajaiban ini setiap hari persamaannya selalu ada di muka bumi.” Dan bukit ini menjadi sejarah dalam babak kesabaran dan peneguhan.
Perjalanan itu cukup melelahkan,
Tapi harus dilalui sebagai titik awal atas peneguhan,
Ditemani sahabat setia dalam penjagaan,
Dikejar kaum kufar, berlindung dalam celah mu,
Dan laba-laba menjadi pintu, sarang burung sebagai atap
Dalam ketakukan, dikatakan “laa tahzan innallaha ma’anna…”
Dan Tuhannya telah menyelamatkannya,
Itulah bukit jasa, bukit tsur…
0 komentar:
Posting Komentar