Minggu, 31 Maret 2013

0 Kisah Tentang Rindu

Duhai, adakah aku bisa bermalam di sana semalam saja 
Di dusun Fakh yang di sekelilingnya ada pohon Ikhzir dan Jalil 
Dan apakah aku bisa mendatangi air Mijannah suatu hari nanti 
Agar tampak bagiku bukit Syamah dan Thafil 

Senandung bait diatas adalah syair Bilal bin Rabbah ketika awal hijrah di madinah. Sebagai ekspresi ketertautan hati dengan tanah asalnya, mekkah. Membawanya pada romantika suasana jiwa yang mengingatkannya pada peristiwa-peristiwa yang membekas di jiwa. Meski memang mekkah bukan tanah kelahirannya, dan sesungguhnya bukan pula peristiwa menyenangkan yang diperolehnya dimekkah. Tapi tetap saja mekkah telah menghujam dalam ruang jiwanya. Sehingga memang tak ada alasan yang benar-benar jelas, kenapa bilal menyenandungkan puisi rindu itu. Apakah ini hanya sebuah efek home sick yang tiba-tiba muncul karena berada disuatu tempat dan komunitas yang baru, Madinah atau benar-benar satu ekspresi kuat yang muncul karena kecintaan? 

Mungkin ada satu jawaban yang bisa kita duga, rindu itu muncul karena kecintaan pada keimanan dan ketauhidan. Nikmat yang dirasakan dari ketauhidan, meski hanya seorang budak yang disiksa ditengah terik matahari, namun jiwanya mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan. Dan hanya Allah yang menjadi sandaran dan jalan pertolongan, dengan ikrarnya “Ahad..Ahad”. Sungguh, Al Halawatul iman(manisnya iman) yang merindukan… Maka wajar jika rindu itu benar-benar memuncak dan melantun tanpa sadar dari bait puisinya 
#rinduku untuk belajar menulis kembali#.

0 komentar:

Posting Komentar

 

"serunai hijau," Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates