Bukit Qurban
Wajah cerah lelaki tua itu tampak semakin bercahaya. Betapa tidak, ujian penantiannya mulai dapat dilewati satu persatu. Ini adalah bukti ketundukkannya atas perintah Rabb Yang Maha Agung.
Kembalilah ia ke lembah bakkah yang tak bertuan, setelah 11 tahun ditinggalkannya Istri tercinta dan putra tersayang. Maka inilah saat yang tepat untuk melepaskan kerinduan yang tak tertahan lagi. Pertemuan antara ayah dan anak tampak menjadi mengaharu biru, setelah berapalama tak berjumpa. Sang anak yang soleh, tengah beranjak remaja akhirnya dapat mengenali sosok ayahnya seorang lelaki akhir baya yang mempesona. Namun tak berapa lama pula ujian kecintaan mesti dijalani dengan penuh beban hati. Mimpi yang dialami beberapa kali akhirnya mesti disampaikan kepada sang putera tersayang,
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:”Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab:”Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
(QS. ash-Shaffat:102)
Atas penyepakatan dan dengan permohonan dari sang anak, pergilah mereka pada tempat yang cukup jauh diatas sebuah bukit hingga tak diketahui oleh sang ibunda Hajar. Agar tak ada kesedihan yang akan menjadi penghalang dan beban. Dibaringkan sang anak atas pelipisnya untuk menunaikan perintah sang Rabb,
"Tatkala keduanya telah berserah din dan Ibrahim, membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)."
(QS. ash-Shaffat: 103)
Namun kehendak Ilahi, telah mendapati kesungguhan dan kesabaran keduanya,
Dan Kami panggilah dia: 'Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. "
(QS. ash-Shaffat: 104-111)
Dari puncak bukit itu kita kembali mengambil keteladanan, kisah kesabaran dan kepatuhan yang tak terkira. Ibarahim as dan Ismail as, memberikan makna tentang ikatan ayah dan anak tidak dapat mengalahkan perintah dari Allah swt. Kepatuhan dan kecintaan kepada Allah melebihi hubungan dan perasaan yang dibangun dalam bingkai keluarga dan kemanusiaan. Maka Allah swt memiliki kehendak yang lebih agung atas kedua manusia shalih tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar